Selasa, 10 Agustus 2010

SEKELUMIT TIPS DALAM BERLATIH VIPASSANA & MEMAHAMI DN 22. MAHASATIPATTHANA SUTTA

Meditasi VIPASSANA atau meditasi pandangan terang adalah pelaksanaan dari PERHATIAN BENAR (Samma Sati) sebagai salah satu unsur dalam JALAN MULIA BERUAS DELAPAN, menggunakan objek Empat Landasan Perhatian/ Penyadaran/Pengamatan/Pere
nungan (4 SATIPATTHANA) yakni antara lain:

1. JASMANI (KAYA/RUPA);
Misalnya KELUAR MASUKNYA NAPAS (ANAPANASATI), sikap atau postur tubuh, aktivitas tubuh, organ-organ penyusun tubuh, empat unsur dasar, dll.
Latihan ini disebut KAYANUPASSANA.

2. PERASAAN (Vedana);
Secara umum menyadari, mengamati & merenungkan keberadaan, timbulnya, lenyapnya, atau timbul lenyapnya perasaan-perasaan (apakah yang menyenangkan, yang tidak menyenangkan, ataupun yang netral).
Latihan ini disebut VEDANANUPASSANA.

3. PIKIRAN (Paduan atau aktivitas bersama Viññana, Sankhara dan Sañña);
Secara umum menyadari, mengamati & merenungkan keberadaan, timbulnya, lenyapnya, atau timbul lenyapnya pikiran (apakah pikiran baik atau buruk yang timbul, yang diliputi maupun yang bebas dari Lobha, Dosa, dan Moha misalnya nafsu keserakahan, kebencian, keraguan/kebingungan, gelisah dan sesal, kemalasan & kelambanan batin, dll.; atau apakah saat ini pikiran terkonsentrasi atau tidak, dsb).
Latihan ini disebut CITTANUPASSANA.

4. DHAMMA (Segala Fenomena);
Secara umum merenungkan PANCA NIVARANA (5 Rintangan Batin), PANCAKHANDHA, 6 Indera dan Objeknya, 4 KESUNYATAAN MULIA, dan 7 BOJJHANGO (7 Faktor Pencerahan/Pembebasan). Dengan kata lain, yang diamati dan direnungkan adalah fenomena apapun (dhamma) baik fenomena jasmani, fenomena batin maupun Nibbana antara lain fenomena bentuk-bentuk batin seperti PANCA NIVARANA (5 Rintangan Batin) dan 7 BOJJHANGO (7 Faktor Pencerahan/Pembebasan); atau juga fenomena batin jasmani baik dalam kerangka PANCAKHANDHA maupun dalam kerangka 6 INDERA INTERNAL, 6 OBJEK EXTERNAL DARI INDERA & BELENGGU (Samyojana) yang menyertainya, dan juga 4 KESUNYATAAN MULIA yang berupa fenomena adanya dukkha, fenomena asal mulanya, fenomena berhentinya, serta fenomena yang mengkondisi lenyapnya.
Latihan ini disebut DHAMMANUPASSANA.

(:: Uraian lengkapnya dapat dilihat dalam DN 22. Mahasatipatthana Sutta ::)


Sekelumit tips yang saya tahu dan pernah dengar dalam berlatih vipassana sesuai DN 22. Mahasatipatthana Sutta:

1. Dalam Mahavagga, Samyutta Nikaya di bagian tentang Empat Landasan Kesadaran, dapat disimpulkan bhw ANAPANASATI adalah fondasi, tulang punggung dan yang membawa latihan VIPASSANA menjadi sempurna. Di samping itu dengan sering berlatih ANAPANASATI, SATI akan menguat, dominan dalam keseharian, dan muncul tanpa usaha (kesadaran pasif). Bisa dibandingkan dengan bila kita tidak atau jarang berlatih ANAPANASATI.

2. Dalam berlatih vipassana, pemilìhan landasan perhatian, objek-objek dan sub-sub objeknya adalah BERTAHAP (dalam arti tidak terburu-buru dan tidak harus terpaku pada urutan yang ada di dalam sutta) dan FLEKSIBEL (tidak kaku), tergantung dari tingkat kemampuan batin dan carita individu yg berbeda-beda satu dengan yg lain; atau kondisi batin kita sendiri yg bisa berubah-ubah dari satu momen ke momen lain seperti tingkat konsentrasi, orientasi perenungan yg diinginkan, atau fenomena apa yg dirasakan dominan, dsb.

3. Mengetahui ALTERNATIF-ALTERNATIF yang tersedia, yang bisa digolongkan berdasarkan aspek-aspek yang diamati. Garis besarnya terutama:

Garis Besar Aspek-Aspek Alternatif Pengamatan Fenomena batin & jasmani dalam Vipassana Bhavana:

A. KEBERADAAN (eksistensinya).
Yaitu sekedar menyadari adanya jasmani (bahwa "jasmani itu ada"), 
ATAU sekedar menyadari adanya perasaan (bahwa "perasaan itu ada"), 
ATAU sekedar menyadari adanya pikiran (bahwa "pikiran itu ada"), 
ATAU sekedar menyadari adanya fenomena batin & jasmani (bahwa "fenomena batin & jasmani itu ada") seperti fenomena Pancanivarana, Pancakkhandha, Enam Landasan Indera, Objeknya, & Belenggu (samyojana ~> perwujudan Lobha, Dosa, & Moha) yang menyertainya (seperti tanha, mana, ditthi termasuk sakkhaya ditthi atau pandangan keliru mengenai adanya entitas tunggal berupa "diri"), atau menyadari keberadaan dukkha, mekanisme timbulnya, mekanisme lenyapnya, dan kondisi-kondisi yang menyebabkan lenyapnya Dukkha (4 Kebenaran Mulia), atau menyadari keberadaan Faktor-faktor pencerahan, sebagai suatu fenomena impersonal, fenomena alami alam bukan diri. Di saat-saat yang dibutuhkan, hal ini membantu pikiran menjadi lebih luwes dan lentur, membantu mengembalikan pikiran pada perspektif yang benar, membantu pikiran lebih leluasa masuk dalam jalur latihan dengan disertai asammoha sampajana, pengertian benar.

B. JENIS.
Misalnya untuk perasaan, apakah itu menyenangkan, tidak menyenangkan ataukah netral. Untuk pikiran, misalnya apakah disertai Lobha, Dosa, & Moha atau tidak, terkonsentrasi atau tidak, luhur atau tidak, dsb. Salah satu manfaat terlatih dalam menyadari keberadaan dan jenis suatu fenomena, adalah membuat batin familiar atau sangat mengenali objek, meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi dan menyadari suatu fenomena saat ia muncul, ada, berubah, dan lenyap. Demikianlah hal ini turut membantu memperkokoh sati dan samadhi.

C. TIMBULNYA, atau LENYAPNYA (berganti atau berubah), atau TIMBUL LENYAPNYA.
Ibarat seseorang yang mengamati lepasnya anak panah, ia menyadari saat anak panah dilepaskan, mengamati lintasannya, dan mengamati jatuhnya anak panah ke tanah; demikian pula dalam menyadari ketidakkekalan diperlukan penyadaran pada saat suatu fenomena timbul atau muncul dan saat fenomena itu lenyap atau berganti. Bahkan seandainya pada saat timbulnya atau kemunculan fenomena luput disadari, kita masih bisa menyadari keberadaannya dan lenyapnya. Dengan semakin terlatihnya kewaspadaan dan konsentrasi terhadap timbulnya & lenyapnya fenomena, penyadaran menyeluruh terhadap ketidakkekalan suatu fenomena, dari mulai timbulnya sampai lenyapnya, memberikan kita pengalaman langsung dan membawa pada penembusan mengenai sifat tidak kekal [anicca], diikuti dengan penembusan sifat mengecewakan [dukkha], dan sifat bukan diri [anatta].

D. TEMPAT TERJADINYA.
1. Secara INTERNAL ~> Mengamati fenomena batin & jasmani yang dijumpai pada "diri sendiri", kumpulan pancakkhandha ini,
2. Secara EXTERNAL ~> Mengamati fenomena batin & jasmani di luar kumpulan pancakkhandha ini, misalnya pada fenomena alam di sekitar kita atau orang atau makhluk lain.

Referensi:
DN 22. Maha-satipatthana Sutta

https://www.facebook.com/notes/utphala-dhamma/dn-22-mahāsatipatthāna-sutta-khotbah-detail-tentang-4-macam-pengembangan-perhati/10151916398968013
4. Dimulai dari jasmani kita buat rileks dan tidak membuat target pencapaian.

5. Mengikuti retreat meditasi Vipassana bila ada kesempatan, rajin mengikuti artikel-artikel atau ceramah tentang Vipassana, konsultasi dengan pembimbing yang berpengalaman dan membaca isi MAHA SATIPATTHANA SUTTA, baik versi terjemahan bahasa Indonesia maupun semua versi bahasa Inggris atau bila memungkinkan studi banding dengan versi bahasa Pali-nya.

6. Hakekat dasar dari perenungan terhadap EMPAT LANDASAN KESADARAN (4 Satipatthana), singkatnya adalah:
"MELALUI PENGALAMAN LANGSUNG (direct experience)"
a. Mengetahui JASMANI, hanyalah sebagai JASMANI semata, fenomena alami alam impersonal, bukan diri..
b. Mengetahui PERASAAN, hanyalah sebagai PERASAAN semata, fenomena alami alam impersonal, bukan diri..
c. Mengetahui PIKIRAN, hanyalah sebagai PIKIRAN  semata, fenomena alami alam impersonal, bukan diri..
d. Mengetahui SEGALA SESUATU/FENOMENA, hanyalah sebagai FENOMENA semata..
(Semata fenomena yang ANICCA, DUKKHA & ANATTA: terus berubah, timbul lenyap, tak memuaskan, tak bisa diandalkan, bukan suatu diri, tidak mengandung suatu diri, bukan milik suatu diri, dan tak berhubungan dengan sesuatu yang dianggap diri melainkan semata fenomena alami alam yang bersifat ANICCA, DUKKHA & ANATTA yang memilikii sifat, karakter, corak, mekanisme, prilaku, kondisi-kondisi penunjang dan hukumnya sendiri.)

7. Memiliki pandangan benar mengenai sifat Anatta atau sifat bukan diri dari PANCAKHANDHA. Sutta-sutta yang membahas mengenai Anatta dengan berbagai pendekatan misalnya antara lain Anattalakkhana Sutta, Dhamaniyama Sutta, Vina Sutta, Vajira Sutta, Alagaddupama Sutta, Maha Puññama Sutta, dsb.

Dengan didukung tujuh aspek lain dalam Jalan Mulia Beruas 8, setelah terlatih dalam menyadari, mengamati, merenungkan, dan kemudian mengetahui lalu memaklumi segala sesuatu sebagaimana adanya di atas; sedikit demi sedikit kita bisa melepas, sampai akhirnya tak melekat, tak terpesona, tak terikat dan tergoncangkan lagi oleh apapun jua. Tercapailah pembebasan.

Namo Buddhaya.
Namo Dhammaya.
Namo Sanghaya.
Semoga dengan "mengetahui, memaklumi dan melepas", semua makhluk berbahagia dan terbebas dari segala bentuk penderitaan, rintangan, dan hal-hal yang tidak perlu _/\_.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar