Selasa, 10 Agustus 2010

UNTUK SAHABAT: 4 Landasan Perhatian Beserta Perenungan Pancakhandha dan 6 Ayatana

Persis sobat, inilah JASMANI.
JASMANI memang ada, tapi hanya JASMANI semata.
Tak lebih dari jasmani yang teramati ini dengan segala sifat-sifatnya.
Beginilah JASMANI adanya...

Izinkan ku menemanimu, sobat,
Menyadari keberadaanya,
Mengamati sentuhan nafas ini,
Atau dengan penuh kewaspadaan menyadari posisi, aktifitas, gerak-gerik tubuh jasmani ini,
Atau mengamati komponen-komponen tubuh jasmani ini, perubahannya dan kelapukannya,
Atau mengamati empat unsur dasar materi,
Mengamati timbul lenyapnya,
Memakluminya sebagai JASMANI semata...
(KAYANUPASSANA)
------

Benar sobat, inilah PERASAAN.
PERASAAN memang ada, tapi hanya perasaan semata.
Tak lebih dari perasaan yang teramati ini dengan segala sifat-sifatnya.
Beginilah PERASAAN adanya...

Izinkan ku menemanimu, sobat,
Menyadari keberadaanya,
Mengamati jenis dan kekuatannya,
Entah itu menyenangkan, tidak menyenangkan, ataupun netral,
Mengamati timbul lenyapnya,
Memakluminya sebagai PERASAAN semata...
(VEDANANUPASSANA)
------

Tentu sobat, inilah PIKIRAN.
PIKIRAN memang ada, tapi hanya pikiran semata.
Tak lebih dari pikiran yang teramati ini dengan segala sifat-sifatnya.
Beginilah PIKIRAN adanya...

Izinkan ku menemanimu, sobat,
Menyadari keberadaanya,
Mengamati warna dan teksturnya,
Entah diliputi lobha, dosa, moha, alobha, adosa ataupun amoha,
Entah terkonsentrasi/terpusat atau tidak,
Entah luhur atau tidak, terkembang ataupun tidak,
Mengamati timbul lenyapnya,
Memakluminya sebagai PIKIRAN semata...
(CITTANUPASSANA)
------

Begitulah sobat, inilah PANCAKHANDHA (Batin & Jasmani)
PANCAKHANDHA (Batin & Jasmani) memang ada, tapi hanya fenomena (dhamma) semata.
Tak lebih dari fenomena (dhamma) yang teramati ini dengan segala sifat-sifatnya.
Begitulah PANCAKHANDHA adanya...

Izinkan ku menemanimu, sobat,
Menyadari keberadaanya,
Mengamati sifat-sifatnya, bagaimana mereka berubah-ubah, timbul lenyap, terkoordinasi, saling mengkondisi, saling menopang, tak berdiri sendiri.
Memakluminya sebagai FENOMENA (dhamma) semata...
(DHAMMANUPASSANA: dengan Pancakhandha sebagai objek perenungan)
------

Begitulah sobat, inilah 6 AYATANA (6 Indera & 6 Objeknya):
- Indera penglihatan & yang terlihat,
- Indera pendengaran & yang terdengar,
- Indera penciuman & bebauan,
- Indera pengecap & rasa,
- Indera peraba & sentuhan,
- Indera pikiran & yang dikenali pikiran (objek-objek pikiran)
6 AYATANA (6 Indera & 6 Objeknya) memang ada, tapi hanya fenomena (dhamma) semata.
Tak lebih dari fenomena (dhamma) yang teramati ini dengan segala sifat-sifatnya.
Begitulah adanya 6 AYATANA (6 Indera & 6 Objeknya)...

Izinkan ku menemanimu, sobat,
Menyadari keberadaanya,
Mengamati sifat-sifatnya dan belenggu yang menyertainya (samyojana, mis: pandangan salah tentang adanya atta, nafsu, kebencian, kegelapan batin, dll. ~> Lobha, Dosa & Moha yang membakarnya),
Mengamati timbul lenyapnya,
Memakluminya sebagai FENOMENA (dhamma) semata...
(DHAMMANUPASSANA: dengan 6 Ayatana & Objeknya sebagai objek perenungan)
------

Begitulah sobat, inilah FENOMENA (dhamma).
FENOMENA memang ada, tapi hanya fenomena semata.
Tak lebih dari fenomena yang teramati ini dengan segala sifat-sifatnya.
Begitulah FENOMENA adanya..

Izinkan ku menemanimu, sobat,
Menyadari keberadaanya,
Mengamati sifat-sifatnya, Mengamati timbul lenyapnya,
Memakluminya sebagai FENOMENA (dhamma) semata...
(DHAMMANUPASSANA)
------

Ada dan sebagaimana adanya...
*Selalu berada dalam perubahan, timbul-ada-lenyap, tak bisa diandalkan, bukan suatu diri/ruh/atta, kosong dari (tanpa) suatu diri/ruh/atta, bukan milik suatu diri/ruh/atta, dengan sifat alami yg khas, mekanisme, perilaku, kondisi-kondisi penunjang & hukumnya masing-masing*
Sebagaimana adanya...

Ah, apa yg bisa diharapkan, diandalkan, digantungi, digenggam, dilekati dari semua ini?


SUMBER: DN 22. Mahasatipatthana Sutta

*******************

NOTE:
1. Istilah makhluk (Satta) sudah dijelaskan dengan lugas oleh Bhikkhuni Vajira dalam SN 5.10, Samyutta Nikaya, sebagai perjanjian umum untuk merujuk pada satu set kumpulan khandha-khandha. Yang disebut makhluk pada hakekatnya adalah semata paduan atau kumpulan dari komponen-komponen batin dan jasmani berupa:
1. Tubuh jasmani (Rupa)
2. Perasaan (Vedana)
3. Persepsi atau pencerapan (Sañña),
4. Bentuk-bentuk pikiran (Sankhara), dan
5. Kesadaran (Viññana).
Kelima komponen di atas disebut Pancakhandha, di mana masing-masing khandha adalah bukan suatu diri/ruh/atta, kosong dari (tanpa) suatu diri/ruh/atta, bukan milik suatu diri/ruh/atta, TIDAK DAPAT DITEMUKAN suatu diri/ruh/atta pada MASING-MASING UNSUR tersebut.

2. PIKIRAN/CITTA di sini adalah aktivitas bersama kesadaran (viññana), bentuk-bentuk pikiran (sankhara) dan persepsi (sañña); di luar perasaan (vedana).

3. FENOMENA/DHAMMA adalah: Fenomena apapun (dhamma) baik fenomena jasmani/fisik, fenomena batin, maupun Nibbana. Dalam Mahasatipatthana Sutta, ada fenomena bentuk-bentuk batin seperti PANCA NIVARANA (5 Rintangan Batin) dan SATTA BOJJHANGO (7 Faktor Pencerahan) sebagai objek pengamatan; atau juga fenomena batin jasmani baik dalam kerangka PANCAKHANDHA maupun dalam kerangka 6 AYATANA (6 indera internal & 6 objek eksternal) serta belenggu yang menyertainya, dan juga  4 KESUNYATAAN MULIA sebagai objek perenungan yang berupa fenomena adanya dukkha, fenomena asal mulanya, fenomena berhentinya, serta fenomena yang mengkondisi lenyapnya. Semua dapat diamati sebagai semata fenomena yang bukan suatu diri/ruh/atta, tidak mengandung suatu diri/ruh/atta, bukan milik suatu diri/ruh/atta, dan tak berhubungan dengan suatu diri/ruh/atta; yang memilikii sifat, karakter, corak, mekanisme, prilaku, kondisi-kondisi penunjang dan/atau hukumnya masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar